Jika
kita berbicara mengenai masa remaja mungkin hampir semua manusia pernah
mengalaminya, dimana rentang usia remaja antara 10-19 tahun. pada masa
inilah kita mengelami berbagai macam hal-hal yang dapat mempengaruhi kehidupan
kita yang akan datang. Oleh karena itu, kita harus lebih selektif dalam
menyikapi berbagai hal terutama di bidang pergaulan dan lingkungan. Pada
tahun 2010 jumlah remaja 10-24 tahun sebesar 64 juta (27,6 % dari jumlah
penduduk Indonesia) dan kebanyakan remaja menurut penelitian lebih berisiko
berprilaku tidak sehat, seperti melakukan tawuran, melakukan hubungan seks
tanpa ada ikatan pernikahan hingga mengkonsumsi berbagai jenis obat-obatan
terlarang yang tentu akan berdampak pada diri mereka sendiri.
Sejumlah
hasil survei dan penelitian tentang prikaku remaja dari tahun ke tahun cukup
mengkhawatirkan. Berdasarkan Survei Komnas
PA di 33 Provinsi tahun 2008 menyimpulkan bahwa 97 % remaja SMP dan SMA pernah nonton film
porno, 93,7 % remaja SMP dan SMA pernah Ciuman, 62,7 % remaja SMP tidak perawan,
21,2 % remaja mengaku pernah aborsi
Sedangkan
data BNN tahun 2008 menyebutkan terdapat 51.986 dari 115.404 pengguna NAPZA adalah
mereka yang berusia remaja usia 16-24 tahun dimana pelajar sekolah berjumlah
5.484 dan mahasiswa berjumlah 4.055. Data Kemenkes tahun 2011 menyebutkan sekitar
45,9% Penderita AIDS adalah Remaja
Akibatnya
kondisi tersebut dapat memunculkan berbagai permasalahan 10-20 tahun kedepan
bagi negara ini utamanya di sektor pendidikan, karena kebanyakan langkah mereka
terhenti sebelum menyelesaikan pendidikan. Sehingga dalam mengurangi
permasalahan ini maka di bentuk sebuah program yang di sebut program
GenRe
( generasi berencana). Program yang dikembangkan dalam rangka penyiapan
kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa sehingga mereka mampu melangsungkan
Jenjang pendidikan secara terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana
Serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi.
Dalam
program ini, terkhusus dalam meningkatkan mutu pendidikan di indonesia maka
kepada pelajar sebagai penerus bangsa diharapkan agar mampu menyikapi
berbagai persoalan serta mampu bersikap selektif dari pengaruh-pengaruh yang
tentu akan mengancam kehidupan mereka yang akan datang. Sebab pendidikan serta
kehidupan negara ini tergantung kepada generasi penerus bangsa. Oleh karena
itu, di bentuk PIK remaja/mahasiswa yang merupakan Suatu wadah dalam program
GenRe yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja/ mahasiswa guna memberikan
pelayanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi serta
kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. Maka setiap sekolah hingga universitas
harus mempunyai PIK remaja/mahasiswa sebagai salah satu usaha dalam menekan
tingkat permasalahan remaja utamanya para pelajar.
Namun
tentu setiap menjalankan suatu program tertentu ada beberapa kendala yang
dihadapi baik itu persoalan internal maupun dari eksternal. Menurut analisa kebanyakan
palajar kurang menjadikan PIK R/M sebagai pusat konseling ataupun sebagai wadah
untuk mempelajari tentang kesehatan reproduksi serta kegiatan-kegiatan
penunjang lainnya.
Untuk
mengantisipasi itu maka salah satu solusi yang dapat dilakukan yaitu agar
koordinasi dan kerjasama antara pihak sekolah/universitas dengan para
remaja/mahasisiwa yang tergabung dalam PIK R/M di tingkatkan, contohnya sekolah
mewajibkan setiap siswa/siswinya ikut dalam kegiatan kerohanian setiap seminggu
dan itu merupakan salah satu bentuk penilaian dalam mata pelajaran agama.
Selain itu, dilakukan penyuluhan atau sosialisasi 2 kali sebulan yang di
koordinir oleh PIK R/M kepada semua siswa/siswi dan juga merupakan salah satu
bentuk penilaian dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
ternyata kasus pada remaja banyak jg,, wah,,wah,, :D
ReplyDeletemakanya,, kita harus ubah citra kita sebagai generasi penerus bangsa,,!!
ReplyDeletemakasih kunjungannya,,,
good (y),,
ReplyDeletedulu di sekolahku ada pik remaja, yah bisa di bilang aktif karena setiap sabtunya organisasi otonom pik remaja memberikan sosialisasi kepada siswa, dan saling bertukar fikiran melalui kegiatan ini. nah namun lama kelamaan sedikit demi sedikit kegiatan itu hilang, entah itu faktor dari organisasi itu sendiri atau dari siswa, nah,, yang di permasalahkan apakah ini kurangnya pengawasan dan partisipasi dari badan yang bersangkutan atau dari sekolah,,,,,,
ReplyDeleteciee,,ciee curhat,,
Deleteyah mungkin kurangnya koordinasi antara organisasi otonom (pik remaja) dengan sekolah, atau bahkan sekolah dengan badan yang bersangkutan, sebab kegiatan semacam ini selalu di beri dukungan, jadi mungkin kurangnya koordinasi,
Delete