Manusia memiliki banyak kebutuhan dalam menunjang
kehidupannya demi mencapai kesejahteraan hidup. Salah satu kebutuhan manusia
yaitu kebutuhan akan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang
bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas
dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak
efek dari penerapan pendidikan. Namun untuk mencapai suatu pendidikan yang
lebih baik terkadang banyak masalah yang harus dihadapi manusia, utamanya dalam
pelaksanaan kegiatan pendidikan.
Sebagai generasi muda kita tentu tidak ingin melihat perkembangan negara kesatuan ini mengalami penurunan, utamanya dalam dunia pendidikan. Permasalahan Pendidikan Indonesia adalah segala macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program-program pendidikan di negara Indonesia. Seperti yang diketahui dalam TAP MPR RI No. II/MPR/1993 dijelaskan bahwa program utama pengembangan pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut.
1.
Perluasan dan pemerataan kesempatan
mengikuti pendidikan
2.
Peningkatan mutu pendidikan
3.
Peningkatan relevansi pendidikan
4.
Peningkatan Efisiensi dan efektifitas
pendidikan
5.
Pengembangan kebudayaan
6.
Pembinaan generasi muda
Kita sebagai jiwa muda penerus bangsa harus lebih cerdas
berfikir dalam mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia. Adapun masalah
yang pendidikan di Indonesia yang sedang dihadapi adalah :
1. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk
yang tinggi tidak sebanding dengan sarana dan prasarana pendidikan
Laju
pertumbuhan yang sangat pesat akan berpengaruh tehadap masalah pemerataan serta
mutu pendidikan. Pertumbuhan penduduk ini akan berdampak pada jumlah peserta
didik. Semakin besar jumlah pertumbuhan penduduk, maka semakin banyak
dibutuhkan sekolah-sekolah unutk menampungnya. Jika daya tampung suatu sekolah
tidak memadai, maka akan banyak peserta didik yang terlantar atau tidak
bersekolah. Hal ini akan menimbulkan masalah pemerataan pendidikan.
Tetapi
apabila jumlah dan daya tampung suatu sekolah dipaksakan, maka akan terjadi
ketidakseimbangan antara tenaga pengajar dengan peserta didik. Jika keadaan ini
dipertahankan, maka mutu dan relevansi pebdidikan tidak akan dapat dicapai
dengan baik.
Sebagai
negara yang berbentuk kepulauan, Indonesia dihadapkan kepada masalah penyebaran
penduduk yang tidak merata. Tidak heran jika perencanaan, sarana dan prasarana
pendidikan di suatu daerah terpencil tidak terkoordinir dengan baik. Hal ini
diakibatkan karena lemahnya kontrol pemerintah pusat terhadap daerah tersebut.
Keadaan seperti ini adalah masalah lainnya dalam bidang pendidikan. Keterkaitan
antar masalah ini akan berdampak kepada keadaan pendidikan Indonesia.
2. Pendidikan yang belum merata di
setiap daerah
Pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan
perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga
seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan. Pelaksanaan
pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia
untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau
biasa disebut perluasan keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam
pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang
mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan
memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis
kelamin, status sosial, agama, amupun letak lokasi geografis.
Salah satu tujuan pelaksanaan pendidikan Indonesia adalah
untuk pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan bagi setiap warga
negara. Pemerataan pendidikan merupakan tujuan pokok yang akan diwujudkan. Jika
tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pelaksanaan pendidikan belum dapat
dikatakan berhasil. Hal inilah yang menyebabkan masalah pemerataan pendidikan
sebagai suatu masalah yang paling rumit untuk ditanggulangi.
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang
tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah,
bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya
komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan
pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk
melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan
yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah
terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang
dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana
yang diharapkan.
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi
dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat
yang wajib mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana dan prasrana pendidikan
yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan setransparan mungkin, sehingga
tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang dijalankan ini.
3. Kualitas Pendidikan yang rendah
Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi
pendidikan yang bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghsilkan
tenaga profesional sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini.
Sedangkan relevan berarti bersangkut paut, kait mangait, dan berguna secara
langsung.
Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan
mutu untuk setiap jenjang pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan.
Peningkatan mutu ini diarahkan kepada peningkatan mutu masukan dan lulusan,
proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran yang digunakan untuk
menjalankan pendidikan.
Permasalahan pendidikan di indonesia merupakan implikasi
dari jumlah penduduk yang besar. Rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor terpenting yang mempengaruhi adalah jumlah penduduk yang
besar tanpa didukung oleh mutu pendidikan yang berkualitas. Selain itu, hasil-hasil
pendidikan juga belum didukung oleh sistem pengujian dan penilaian yang
melembaga dan independen, sehingga mutu pendidikan tidak dapat dimonitor secara
ojektif dan teratur. Uji banding antara mutu pendidikan suatu daerah dengan
daerah lain belum dapat dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian
pendidikan belum berfungsi untuk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan.
Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat
dengan beban menjadikan proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik.
Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak mampu memupuk kreatifitas siswa unutk
belajar secara efektif. Sistem yang berlaku pada saat sekarang ini juga tidak
mampu membawa guru dan dosen untuk melakukan pembelajaran serta pengelolaan
belajar menjadi lebih inovatif.
Akibat dari pelaksanaan pendidikan tersebut adalah sekolah
cenderung kurang fleksibel, dan tidak mudah berubah seiring dengan perubahan
waktu dan masyarakat. Pada pendidikan tinggi, pelaksanaan kurikulum ditetapkan
pada penentuan cakupan materi yang ditetapkan secara terpusat, sehingga perlu
dilaksanakan perubahan kearah kurikulum yang berbasis kompetensi, dan lebih
peka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Melihat
permasalahan tersebut, maka dibutuhkanlah kerja sama antara lembaga pendidikan
dengan berbagai organisasi masyarakat. Pelaksanaan kerja sama ini dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Dapat dilihat jika suatu lembaga tinggi melakukan
kerja sama dengan lembaga penelitian atau industri, maka kualitas dan mutu dari
peserta didik dapat ditingkatkan, khususnya dalam bidang akademik seperti
tekonologi industri.
4. Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan
Sesuai
dengan pokok permasalahan pendidikan yang ada selain sasaran pemerataan
pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan, maka ada satu masalah lain yang
dinggap penting dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu efisiensi dan efektifitas
pendidikan. Permasalahan efisiensi pendidikan dipandang dari segi internal
pendidikan. Maksud efisiensi adalah apabila sasaran dalam bidang pendidikan
dapat dicapai secara efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan dapat
memberikan hasil yang baik dengan tidak menghamburkan sumberdaya yang ada,
seperti uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
Pelaksanaan
proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya seperti
waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas
pendidikan yang optimal. Pada saat sekarng ini, pelaksanaan pendidikan di
Indonesia jauh dari efisien, dimana pemanfaatan segala sumberdaya yang ada
tidak menghasilkan lulusan yang diharapkan. Banyaknya pengangguran di Indonesia
lebih dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah mereka peroleh.
Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat pekerjaan
sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani.
Pendidikan
yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai
dengan rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar
yang telah dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka
pelaksanaan pendidikan tersebut tidak efektif.
Tujuan
dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini
mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari
tujuan tersebut, pelaksanaan pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan
peserta didik yang memeiliki kualitas SDM yang mantap. Ketidakefektifan pelaksanaan
pendidikan tidak akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan
akan menghasilkan lulusan yang tidak diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan
masalah lain seperti pengangguran.
Penanggulangan
masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kulitas tenaga
pengajar. Jika kualitas tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan
meghasilkan lulusan atau produk pendidikan yang siap untuk mengahdapi dunia
kerja. Selain itu, pemantauan penggunaan dana pendidikan dapat mendukung
pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien. Kelebihan dana
dalam pendidikan lebih mengakibatkan tindak kriminal korupsi dikalangan pejabat
pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang lebih terorganisir dengan baik juga
dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendidikan. Pelaksanaan kegiatan
pendidikan seperti ini akan lebih bermanfaat dalam usaha penghematan waktu dan
tenaga.
5. Permasalahan Pembelajaran
Pelaksanaan
kegiatan belajar adalah sesuatu yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Dalam kegiatan belajar formal ada dua subjek yang berinteraksi, Yaitu
pengajar/pendidik (guru/dosen) dan peserta didik ( murid/siswa, dan mahasiswa).
Pada saat
sekarang ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan cenderung pasif, dimana
seorang pendidik selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu. Hal
ini akan menimbulkan kejengahan terhadap peserta didik. Sehingga pembelajaran
yang dilakukan menjadi tidak menarik dan cenderung membosankan. Kegiatan
belajar yang terpusat seperti ini merupakan masalah yang serius dalam dunia
pendidikan.
Guru /
dosen yang berpandangan kuno selalu menganggap bahwa tugasnya hanyalah
menyampaikan materi, sedangakan tugas siswa/mahasiswa adalah mengerti dengan
apa yang disampaikannya. Bila peserta didik tidak mengerti, maka itu adalah
urusan mereka. Tindakan seperti ini merupakan suatu paradigma kuno yang tidak
perlu dipertahankan.
Dalam hal
penilaian, Pendidik menempatkan dirinya sebagai penguasa nilai. Pendidik bisa
saja menjatuhkan, menaikan, mengurangi dan mempermainkan nilai perolehan murni
seorang peserta didik. Pada satu kasus di pendidikan tinggi, dimana seorang
dosen dapat saja memberikan nilai yang diinginkannya kepada mahasiswa tertentu,
tanpa mengindahkan kemampuan atau skill yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut.
Proses penilaian seperti sungguh sangat tidak relevan.
Jadi, salah satu kebijakan yang harus dilakukan dalam usaha
pemerataan pendidikan, diperlukan pengawasan yang serius oleh pemerintah. Pengawasan tidak hanya dalam bidang
anggaran pendidikan, tetapi juga dalam bidang mutu, sarana dan prasarana
pendidikan, dan perluasan kesempatan belajar pada jenjang pendidikan
tinggi merupakan kebijaksanaan yang penting dalam usaha pemerataan pendidikan.
Namun sebagai jiwa muda kita di tuntut untuk belajar lebih giat untuk masa
depan indonesia lebih maju dan meningkatkan kualitas di bidang pendidikan.
pemerintah harus tanggap mengatasi masalah ini
ReplyDeletebetul masalah penduduk bukan masalah yang kecil dan harus di tangani sejak dini, karena hasilnya baru dapat dilihat setelah beberapa tahun kedepan
Deletebetul banget broowww,,,, pemerintah harus secepatnya atasi ini semua.. :-bd
ReplyDeletekita juga sebagai generasi mudah dapat ikut berperan dengan menjadi GENRE (generasi berencana) yang bebas seks bebas, narkoba dan HIV/AIDS serta menunda nikah dini
Deleteintinya,, ini masalah kita bersama...
ReplyDeletebetul,, janganlah saling menyalahkan,,,
Deletekalau ada yang di salahkan, kita semua yang salah, jika ada yang benar, kita semua benar,, hahahaha :D :D ...
ReplyDeletesebenarnya tujuan utamanya, bagaimana cara kita membuat pemikiran masyarakat itu terbuka, yahh mungkin salah satunya setiap desa mengutus maksimal 2 orang untuk ke provinsi dalam rangka pelatihan yang pastinya dengan kerjasama dengan BKKBN, agar perwakilan dari desa ini yang menjadi subjek dalam penyampaian informasi atau penyuluhan tentang bahaya ledakan penduduk ini kepada masyarakat,,
ReplyDeleteheheeee,,
waohhhh,,, dayat eee
Deletesok keren lu,,, jadi pemikir,
Deleteyang selalu menjadi kendala yaitu dari pelaksaannya, walau kita punya pemikiran yang luar biasa jika tidak ada kemauan, tentu dalam pelaksanaannya itu tidak akan efisien..
Deletemksh koment dan kunjungannya ,,